KATA KATA UNTUK XII IPA 1 MAN PAGARALAM


Kiki da silva

Wajah Kalian yang Akan Segera Sirna (Perpisahan)

* * * * *


Hatiku sedih,

hatiku gundah

Tak ingin pergi berpisah





Hatiku bertanya,


hatiku curiga


Mungkinkah kutemui Kebahagiaan


seperti disini?

One Day after That....

Di suatu pagi. Kelas yang sepi. Bangku di atas meja yang masih berdiri. Kotak sampah yang penuh dan belum sempat terbuang. Papan tulis yang masih tertulis pelajaran kemarin dan belum terhapuskan. Lantai kelas yang dingin. Terpampang daftar nama-nama siswa piket harian di sebelah meja guru. Taplak meja yang lusuh dan semuanya itu hanya akan menjadi saksi atas ilmu-ilmu yang dengan ikhlas mereka berikan, dengan tulus mereka ajarkan. Di hadapan kita, tersusun berjajar kursi-kursi yang penuh dengan kenangan, warna, dan wajah-wajah sirna. Wajah-wajah yang pernah mengisi kelas dengan nafas, pernah mengisi kelas dengan absensinya, pernah mengambil ilmu dari papan tulis di hadapannya.


Sekarang tataplah lekat-lekat sudut-sudut ruangan kelas yang sepi senyap. Sejenak mungkin kita dihantarkan pada hari-hari yang baru kita lewati. Tertawa bersama, berfoto-foto dengan narsisnya, bernyanyi-nyanyi dengan seenaknya tanpa pernah berpikir bahwasanya ada hari dimana kita terpatung bisu manatap proyektor hati yang tengah mereka ulang semua hal indah yang pernah dan sudah kita lewati. Kita baru tersadar bahwa perpisahan memang menyakitkan, memang sulit meninggalkan sebuah abstrak bernama kenangan. Terlebih saat dimana SMA, saat-saat terakhir mengecap putih abu-abu, saat terakhir menduduki bangku tempat belajar yang tak akan pernah ada yang seindah ini lagi. Dengan tatap setengah sadar kita mencoba menghadirkan memanggil wajah-wajah kenangan di sudut kelas ini, namun tiap ratusan kenangan yang hadir justru membuat kita tak kuasa menahan rasa. Ya, kita seakan menghirup nada sesaknya rindu, mereka seakan hidup lagi di kelas ini dan ada. Bersama di tengah-tengah kita. Mereka saakan mengajak kita bicara, dan bertanya tentang PR, Soal-soal, tugas, dan pelajaran-pelajaran yang belum dimengerti. Mereka tersenyum, ingin rasanya membagi kebahagiaan bersama kita. Beberapa sahabat menegur kita dengan keramahannya, terasa kental persaudaraan yang tercipta. Namun ada juga wajah sahabat yang tengah sedih karena masalahnya, dan menunggu kita untuk membantunya.


Ingatlah ketika kita belajar bersama untuk menghadapi tantangan Ujian Nasional! Dengan peluh payah susah memaksa diri untuk mengerti semua pelajaran. Kita terkadang belajar hingga larut malam dengan harapan bisa lulus pada sebuah “Ujian” yang sebenarnya justru akan memisahkan kita. Tapi kita tahu, memang itulah jalan kita. Ingat saat kita ada jam tambahan, membawa bekal dari rumah masing-masing dan memakannya bersama di kelas, terasa sekali kenikmatannya. Setelah itu kita belajar belajar dan belajar lagi ketika bel jam tambahan berbunyi. Otak kita seakan di doktrin untuk harus mengerti pelajaran, meski untuk itu ada juga diantara kita yang tidak mengerti dari pelajaran itu dan ada yang terkantuk bahkan mungkin tidur mendengar cuapan guru.

 

Ingatlah saat kita pulang dari jam tambahan. Ah, sangat terasa perjuangan dan kelelahan untuk hari itu: pulang hingga sore hari, saat matahari telah meng-emas-kan senjanya. Tapi kita masih menunggu tumpangan untuk pulang, menunggu ojek di tepian jalan di depan sekolah ini, bahkan ada yang berjalan dari skolah pulang ke rumah. Sangat terasa sekali lelahnya. Langit mulai menampakkan warna jingga dari riak mentari yang melemah. Dan hijau warna pohon-pohon mulai menghitam. Perlahan kita menaki tumpangan untuk menuju pulang ke rumah. Terbersit doa mudah-mudahan letih dan lelah ini terbayarkan dengan indahnya sebuah “kelulusan” ...

 

Berdo'alah, belajarlah, berusahalah semoga  “kelulusan” itu kesuksesan itu dapat kita genggam. Dan ketika kelulusan itu InsyaAllah ada di genggaman, “kelulusan” itu suatu hari nanti pasti  kita akan membayangkan untuk memutar waktu untuk ada di kelas ini. Mmebuat fikiran kita menerawang, menatap lagi gambaran sahabat-sahabat kita yang di dada terasa membuncah kangen akannya... senyumnya, sedihnya, tawanya, tangisnya, pintarnya, bodohnya, dan juga konyolnya. Segala waktu yang pernah tercipta dan wajah-wajah di ruang ini berpendar-pendar cepat di fikiran kita. Semua kejadian-kejadian bertumpuk di hadapan mata kita, semuanya seakan hidup kembali, yaa di kelas ini...

 

Namun sayangnya itu takkan pernah ada lagi  ketika kita lulus dari MAN pagaralam ini.  Bayangan itu hanya abadi di dinding-dinding kelas, dan hanya bisa dicerna dan dimakna oleh siswa yang benar-benar punya kerinduan yang dalam serta kecintaan yang besar akan kelasnya, dan juga sahabat-sahabatnya.

 

Lambat laun kita kembali ke dunia nyata. Kelas yang sepi. Lantai yang dingin. Dan dinding-dinding yang masih menyisakan wajah-wajah senyum. Detak detik-detik jam boleh saja kembali menghantarkan kita ke belakang dan kembali pada proyektor masa lalu, namun satu hal yang pastinya terjadi: wajahnya telahlah sirna. Takkan pernah lagi kita jumpai wajah-wajah yang tegar, wajah-wajah yang penuh semangat, wajah-wajah yang murah akan senyuman, wajah-wajah ceria, wajah-wajah paling konyol dari sahabat kita, yang iseng dan yang suka ngejahilin, wajah-wajah yang pintar, pendiam, cerdas, kreatif, wajah-wajah yang jenius serta wajah-wajah yang suka nyontek saat ulangan.

 

Wajah-wajah dikala duka salah seorang sahabat kita, tangisnya, saat ia tengah lalui berbagai masalah internalnya, dan menunggu kita untuk membantunya, atau paling tidak sedikit meringankan beban yang ia rasa. Ada wajah-wajah yang putus asa namun asa itu bangkit lagi, wajah-wajah luar biasa dan tak akan tergantikan, wajah-wajah yang penuh dengan sambutan hangat. Dan wajah wajah yang penuh dngan senyuman manisnya. Wajah saat antar sahabat saling bermusuhan, ngambekan, cuekan, dan akhirnya baikan lagi, menjadi sebuah siklus indah yang menghiasi warna persahabatan. Ingatlah wajah sahabat kita yang sedang terbaring lemah di rumah karena sakitnya, ia tidak bisa sekolah. Tentu jika mereka ingin bicara, mereka ingin lekas segera untuk sembuh, untuk kembali melangkah melewati kelas-kelas, piket, membuang sampah, dan belajar seperti adanya kita. Lihatlah wajah sahabat kita yang sayu, yang terlihat pucat, lemah, namun tetap nekat untuk sekolah. Ia masih menghadirkan sebuah senyuman untuk kita meski kita tahu senyuman yang ia berikan itu berat untuk dihadiahkan kepada kita. Tapi terbersitkah di hati kita untuk memikirkannya?

 

Tahukah kita akan sahabat? Sahabat adalah seseorang yang paling berharga di dunia, ia tak pernah bisa dikalahkan oleh sosok pengganti lainnya karena dia adalah bagian dari segalanya, ia adalah cinta, ia adalah wajah-wajah yang mampu membuat kita hidup dalam kehidupan, ia membuat kita bangkit dalam kebangkitan, sahabat adalah hal yang paling berharga di dunia dan takkan terganti tempatnya karena dia adalah kita, karena kita adalah dia. Dia memberi tahu tentang 5W1H apapun pertanyaan kita. Dia orang tua, dia guru, dia kakak, dia adik, dan dia juga diri kita. Ya, jika kita tahu itu, tentunya kita ingin mengulang dan memutar kembali waktu yang sudah kita lewati, dan memperbaiki pandangan kita bahwa sahabat sangatlah begitu berarti. Ya, semua itu sudah tercatat dalam buku harian sanubari... tapi sayangnya kita tak akan pernah bisa mengulang dari awal kenangan yang tercatat di akhir tahun-tahun kedewasaan, lagi...

 

Kenangan2 yang akan terus terkenang adalah :  pasti kalian akan terus ingat bagai mana kita kena tegur guru dan dapat masalah dari guru, dan kita hadapi bersama, kita menangis bersama dan kita selesaykan bersama, hingga akhirnya masalahpun terselesaikan,, pasti kalian akan selalu ingat canda tawa dngan guru2 kita, dan kita tertawa bersama,melucu bersama,... Dan pasti kalian ingat teman2 yang pernah menjaili kita sampai2 kita marah, tertawa, bahkan menangis.. Apakah kalian ingattt saat kita kerja kelompok bareng, dan terbagi menjadi beberapa kelompok,,di situ kita usaha dan saling membantu,, dan ingatkah kaliann saat kita kita drama, di situ kita tertawa ber ekting bersama, sesuatu yang sangattt mengasikkan,, dan pasti kalian akan mengingat suatu diskusi pada tanggal 31 mei 2014 tepatnya hari sabtu yang akhirnya berdampak baik bagi kita, yaitu suatu permasalahan yang terselesaikan, di sana kita menangis dan saling bermaaf2an,,,


Hal-hal bodoh yang akan selalu terkenang di dalam hati kita, kita nonton dngan proyektor yang tak terpakai, di sana kita nonton suatu lawak yang membuat kita tertawa bersama, ada yang main gitar bersama, dan saling menjaili sesama teman yang bermaksud untuk melihat tamannya itu tertawa dan tersenyum.. ada juga yang laki-laki bermain ps di kelas yang ngomongnya kuat banget, selain ituuuu adajuga yang semuanya bernyanyi bersama di dalam kelas dengan keras,pastikalian tidakakan lupa halituuu begitupun aku......

 

Dan kalian ingat kan kita saling membuat grup, yang akhirnya menimbulkan perpecahan saja, dan berbaikan kembali hingga.. Selain itu saat kita ulangan pasti kalian akan terus ingat saat kita saling secontekan, saling membantu,.. Ingin rasanya hal2 bdoh sperti itu ter ulang kembali,.. Tapi semua itu tak akan pernah terjadi karen waktu telah berlalu tanpa kita sadari..

 

Pasti kalian ingat kata2 teman yang buat kita tertawan seperti ayu ps yang sering berkata mate' lah eh,, seperti anggis yang selalu bercerita tentang mimpi, seperti kiki yang berkata of course... Dan teman2 yang lainnya..

 

Ingin rasanya semua hal seruuyang pernah kita alami slama di ipa 1 ni terulang kembali, tetapi smua itu hanya terkenang di dalam foto yang penuh makna.. Foto2 yang akan menjadi saksi bisu buat kita suatu saat nanti saat kita telah sukses bersama..


* * * * *

Epilog:


Percaya nggak sih kita dengan sebuah perpisahan? Tentu setiap kita tahu bahwa semua hal yang berjudul perpisahan adalah menyakitkan, atau paling tidak menyedihkan. Khalil Gibran pernah berkata, “Cinta tak mengetahui kedalamannya, sampai ada saat perpisahan.” Apa sih emangnya maksudnya? Ah, tentu jika kita sudah melewati One Day after that, baru kita bisa ngerti.

 

Oops, tapi yang jelas kita saat tamat SMP juga pasti sudah merasakan hal yang satu ini.. Pas SMP kita dengan sahabat kita atau beberapa sahabat kita yang kita cintai berpisah, tentu sebenernya kita nggak menginginkan itu. Tapi karena dasar “Cita-cita”, persahabatan memang kadang mesti harus terpisah. Kita sangat sulit menerima takdir, kecuali pada sebelumnya kita menciptakan/ memberikan sebuah kenangan yang amat indah dan berkesan.


So, mulai sekarang mari kita semua curahin semuanya dengan sahabat-sahabat kita. Kalo perlu simpan kenangan-kenangan itu, jangan biarkan kita mampu melupakan saat-saat putih abu-abu seperti ini berlalu. Ingat hari-hari yang terasa sempurna, andai kita bisa mengabadikan kesempatan itu. Dalam foto, mungkin. Mungkin selama ini kita belum bisa memberikan kebahagiaan, belum bisa membuat senyum di wajah mereka, sekarang sudah saatnya kita berikan curahan kebahagiaan yang tertunda, sudah saatnya kita membalas kebaikan mereka dengan sepenuh hati, jangan sampai dan jangan biarkan kebersamaan kita yang hanya tinggal beberapa belas ini tersia karena kita melewatinya dengan biasa, dan kita masih punya hutang kebahagiaan dengan mereka. Ya, mulai dari sekarang berikan yang terbaik untuk sahabat kita. Ciptakan suasana hidup yang jauh lebih hidup di kelas kita.


Kita semua tahu kita semua akan berpisah, tapi berikan sesuatu yang terbaik sebelum perpisahan itu datang, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nantinya dengan sahabat kita, dan ketika itu sudah tak ada gunanya lagi, pasti penyesalan kita...






Subscribe for latest Apps and Games


0 komentar:

Post a Comment